Paiketan Warga Arya Wang Bang Pinatih Tingkatkan Kualitas Pemangku Sangging

    Paiketan Warga Arya Wang Bang Pinatih Tingkatkan Kualitas Pemangku Sangging
    Kiri ke kanan: Ketua Harian Paiketan Warga Arya Wang Bang Pinatih (PW-AWBP) Bali/Pusat Nyoman Swastika, Sekretaris Umum Wayan Sudiarta, Bendahara Wayan Sumarna

    DENPASAR - Acara Brahma Widya Dharmaning Sangging yang diadakan oleh Pengurus Pusat Paiketan Warga Arya Wang Bang Pinatih (PW-AWBP), merupakan bagian kepedulian dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Kepemangkuan Sangging. Acara itu diadakan di Hotel Golden Tulip, sabtu (17/12/2022).

    I Gusti Ngurah Jaya Negara selaku Ketua Umum PW-AWBP dalam sambutannya menyebutkan program ini merupakan wujud implementasi anggaran dasar dan rumah tangga. Ia pun berharap melalui hasil pelatihan ini dapat bermanfaat tidak hanya untuk semeton AWBP tetapi seluruh umat Hindu. 

    "Yang pertama, kami di Paiketan Arya Wang Bang Pinatih Provinsi Bali, itu di Anggaran Dasar dan  Rumah Tangga, sebagai wujud implementasi kepengurusan organisasi, itu ada berbagai macam kegiatan. Salah satunya pelatihan pemangku, pelatihan sangging dan juga untuk kesulinggihan, " ungkapnya yang juga merupakan Walikota Denpasar.

    "Kami di paiketan sebenarnya sudah berjalan 15 tahun yang lalu, nah karena kondisi keterbatasan anggaran, ini baru hingga hari bisa melaksanakan pelatihan sangging. Kebetulan dibantu oleh Pak Ketua Harian, beliau memberikan tempat dan sarana pendukung dan murni ini kegiatannya secara gotong-royong karena ini dari kita untuk kita, dari semeton untuk semeton, " tambahnya.

    Dalam wawancara dengan Nyoman Swastika selaku Ketua Harian PW-AWBP, menyebutkan bahwa acara ini merupakan acara perdana yang diadakan PW-AWBP.

    "Pertemuan pertama pelatihan membahas teori atau teologi Sangging, selanjutnya, minggu depan difokuskan pada peralatan atau piranti Sangging dan tata upacaranya"

    "Pertemuan selanjutnya adalah evaluasi uji kompetensi, sehingga mereka akan mendapat pengakuan dan yang sudah memiliki kemampuan akan diberikan sertifikat untuk menjadi garda terdepan bagi warga Arya Wang Bang Pinatih untuk melakukan metatah masal, " ucapnya. 

    “Nanti setelah jadi pemangku Sangging akan ada program metatah massal baik ditingkat provinsi atau kabupaten/kota, sehingga dengan pelatihan maka para peserta nanti akan memiliki kemampuan dan pemahaman yang baik tentang Sangging, ” tandasnya.

    Selanjutnya Wayan Sudiarta selaku Sekretaris Umum PW-AWBP Bali/Pusat menerangkan tugas Sangging adalah dapat memenuhi kebutuhan organisasi yang ada di Bali maupun di luar Bali untuk metatah massal (upacara potong gigi).

    "Mereka yang sudah mengikuti 3 kali pertemuan ini kelak akan dapat memahami 'Sesana' Sangging itu sendiri dan tentu telah diakui"

    "Ini juga persiapan untuk program kami kedepannya untuk program metatah massal, apalagi nanti telah terbangun monumen situs kerajaan Kertalangu dan disana akan terbangun wantilan dan fasilitas kegiatan sosial keagamaan, disanalah kami akan pusatkan kegiatannya, "jelas Sekretaris Umum.

    Menemui Ida Rsi Agung Yoga Sidhi Bang Pinatih selaku Ketua Dharma Upapati PW-AWBP Bali/Pusat diruangan terpisah, Ida menjelaskan definisi seorang Sangging dan apa yang menjadi tugasnya. Sangging adalah bagian dari pemangku.

    Pemangku itu adalah pe pascat/pasti/sejati, mang aksara Widhi, ku ngukuhin, pastika pascat ngukuhin aksara Widhi. 

    "Tentunya di sini, ngukuhin aksara Widhi pada Sangging. Sangging adalah orang vokasi, orang analis, orang praktisi di bidang natah. Natah itu adalah metatah, menata giginya, dan sangih, menyangih, mepertajam, ngelandepin kayun, ngelandepin idep supaya dia menjadi suputra ke depan, " terang Ida Rsi dari Griya Agung Wang Bang Pinatih Padangsambian, Denpasar Barat.

    Lebih lanjut Ida Rsi yang didampingi Ida Rsi Agung Putra Sidhimantra Manuaba Griya Mumbak Kerobokan Badung, Ida Rsi Agung Bija Pinatih Griya Kesambi Kerobokan Badung ini juga menyampaikan terkait upacara metatah, mesangih dan mepandes merupakan satu kesatuan namun ada sedikit perbedaan pada tattwa-nya (filosofi). 

    "Mepandes jadi ditandes pande. Pande nika seorang yang bisa menata gigi, jadi Sangging yang menata gigi dengan baik. Tentunya ada filsafat tattwa-nya. Yakni di mana untuk metatah ini adalah bagian dari menghilangkan Sad Ripu (enam musuh dalam diri) dan Sapta Timira (tujuh unsur kegelapan pada diri manusia-red). Dalam metatah ini ada konsep akil baligh (menek kelih, munggah deha Raja Sewala-red). Konsep dari rare menjadi dewasa. Umur 14 tahun sudah boleh ditatah, atau setelah menstruation untuk wanita, untuk laki adalah gaung suaranya, tapi sebelumnya ada Ngekeb atau Raja Sewala, Raja Singa, " pungkas Ida Rsi menjelaskan. (Ray/tim)

    denpasar bali
    Ray

    Ray

    Artikel Sebelumnya

    Trans Studio Bali dibuka, Hadirkan Kapal...

    Artikel Berikutnya

    Jargon Presisi Polda Bali Diragukan Keluarga...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Yakinkan Dapat Berjalan Dengan Lancar Dan Aman, Dandim 1710/Mimika Dampingi Wakapolda Papua  Pantau Langsung Pemungutan Suara Di TPS
    Hidayat Kampai: Nepo Baby, Privilege yang Jadi Tumpuan Kebijakan Publik?
    Polri Lakukan Asistensi ke Polda Jateng 

    Ikuti Kami